Postingan

Requiem For a Dream: Depresi dalam Obsesi

Gambar
Tulisan ini bisa dibilang review full spoiler dari film Requiem For a Dream . Requiem For a Dream adalah film psychedelic yang rilis tahun 2000 yang diperankan oleh Jared Letto (pemeran Joker dalam film Suicide Squad), informasi detail bisa lihat saja di IMDB (8,4/10). Film ini sangat sederhana, dengan cinematografi yang tidak membosankan bahkan benar-benar bisa mendramatisir cerita dan emosi yang ingin disampaikan. Selanjutnya mari kita bedah sedikit demi sedikit film ini, yuk simak! Requiem dalam judul film ini adalah sebuah istilah yang merupakan doa (seringkali berupa musik) untuk orang mati dan diadakan dengan upacara di gereja. Secara sederhana, Requiem For a Dream adalah ‘doa orang mati untuk sebuah mimpi’. Judul yang sangat PAS dengan cerita yang disajikan dalam film. Requiem for a Dream benar-benar film psychedelic sejati. Dalam kamus, psychedelic adalah ‘ketenangan jiwa yang terpengaruh rasa birahi dan seni cinta perasaan serupa itu akibat obat bius’. Film ini

4 SKS dan Ruang Ketidakmungkinan

Gambar
Saya yakin semua percaya jika manusia manapun pasti memiliki kelemahan. Mas Logan yang dikenal buas dan gak bisa mati pun bakal menangis tersedu-sedu dibalik bantal kalau sudah terlibat urusan dengan Jane. Segagah Hulk pun juga bakal layu kalau sudah berhadapan dengan Raden Ayu Romanoff seperti Nobita dihadapan Shizuka, mupeng. Setangguh apapun manusia mencoba mencitrakan dirinya sebagai manusia sempurna, sudah barang tentu ada bercuil-cuil kelemahan yang tidak bisa dibersihkan. Apesnya, pasti kita pernah terjebak momen kampret yang melibatkan kelemahan ini. Misal nih, ada yang alergi jatuh cinta (wuedyan!). Dalam satu kesempatan ia dijodohkan para makcomblangers dengan seseorang yang sama sekali tidak ia kenal. Kalau sudah begini yang bisa dilakukan ya cuma dua; lari terbirit-birit atau terpaku tak berdaya sambil mengutuk semua orang dalam gumam. Kalau saya? Jelas saya melakukan kedua-duanya. Saya sering menghindar dari hal-hal yang melibatkan kelemahan saya. Kalau sudah

Tidak Suka, Tolak Aja

Gambar
Seberapa sering kita melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan kewajiban kita? Lalu dengan terengah-engah seberapa sering kita mengaku kalau tidak punya waktu yang cukup dalam satu hari? Apakah benar kita sesibuk itu? Saya akui sebagai manusia bergolongan AB yang taat, saya memiliki manajemen waktu yang tidak menentu. AB konon memiliki kecenderungan untuk menyelesaikan semua pekerjaan dalam satu waktu. Jika direfleksikan dalam hidup saya, saya harus setuju. Paling susah nyicil kerjaan satu per satu, kalau sudah mulai ya harus selesai saat itu juga. Tapi kemudian ini jadi masalah, karena seringkali itu bikin bingung dan lelah. Kemudian saya mencoba membuat list dan menulis jurnal setiap hari. Sesaat saya lega karena hal itu sangat membantu dalam menentukan step by step apa yang harus saya lakukan. Namun semua berubah, ketika distraksi-distraksi datang menyerang. Distraksi adalah gangguan. Tepat dimana saya berada pada jalur yang sudah ditentukan dalam list, tiba-tiba saja a

7 Hal Yang Bisa Dilakukan Saat Sendirian dan Bosan

Gambar
Saya yakin semua orang pasti pernah mengalami saat-saat di mana ia sedang sendirian dan merasa bosan. Saya yakin ada masa dimana kita bangun tidur, tidak ada rencana mau ngapain dan bingung mau ngapain. Beberapa diantaranya akhirnya stuck scrolling timeline doang, beberapa diantara yang lain meronta-ronta minta temennya ngajak main. Sayangnya, scrolling timeline seharian penuh malah bisa menimbun kebosanan itu sendiri. Dan bergantung pada temen juga gak selalu berhasil. Pasalnya, tidak semua temen punya waktu luang yang bersamaan. Apalagi kalau mereka kuliah atau kerja, kesibukan sudah jadi konsumsi individu yang tidak bisa diganggu gugat. Lalu gimana dong? Saran saya sebaiknya jalani saja apa yang kamu suka meski sendirian. Bagi saya ‘sendiri’ sudah jadi hal biasa yang saya jalani sejak SMP. Jadi apa yang saya tulis ini sudah melalui riset panjang, huahahahaha. Oke, langsung saja yuk simak berikut adalah hal-hal yang bisa kita lakukan saat sendiri dan merasa bosan: Menonton

Diskusi Film: Intel, Sensor dan Sutradara Bajingan

Gambar
Malam minggu 14 Mei 2016 saya datang ke acara Pesta Film Solo #6 yang mengusung tema Postalgia. Tema ini berbicara tentang film era 90-an, mengingat era tersebut film Indonesia mengalami kemacetan bahkan bisa dibilang dark age-nya film Indonesia. Acara ini diadakan oleh Kineklub Fisip UNS di Taman Budaya Jawa Tengah, Solo. Kalau tahun lalu saya datang masih ada gandengan, tahun ini sendirian saja. Paragraf gak penting. Skip. Saya datang di hari kedua sesi keempat, tak lain tak bukan adalah untuk menyaksikan film Bulan Tertusuk Ilalang (1995) garapan sutradara kondang, Garin Nugroho. Apalagi beliau hadir sebagai pembicara dalam diskusi yang bejudul “Dirikan Fondasi, Bangkitlah Industri”. Wah, ternyata masih ada judul berima seperti ini, kupikir lagi trend-nya judul-judul lugas. Hm, baiklah langsung saja ini yang saya ingat dari diskusi waktu itu: Setelah menyaksikan film Bulan Tertusuk Ilalang, moderator mempersilahkan para pembicara naik keatas panggung. Dimulai dari Garin Nugroho

Kami Tidak Segera Lulus, Karena Kami Divergent

Gambar
Tulisan ini saya persembahkan bagi mereka yang menempuh pendidikan perguruan tinggi strata sarjana. Khususnya yang sudah menempuh masa studi hingga semester sepuluh, sebelas, dan seterusnya. ANDA TIDAK SENDIRI! Saat ini saya sedang menempuh semester 10, dan sangat memungkinkan (atau bahkan dipastikan) saya akan lanjut ke level berikutnya, semester 11. Sedangkan teman-teman saya satu angkatan sudah banyak yang lulus, mungkin yang tersisa tinggal tiga atau empat orang. Entah. Jalan yang kami tempuh berbeda-beda. Hidup saya mulai berubah saat masuk semester 9. Saya menjadi lebih antisosial dari sebelumnya, yang dulu ambivert kini jadi lebih introvert, lebih tidak pedulian, lebih diam dan lebih banyak melakukan hal sia-sia. Fase ini memang berat bagi sebagian orang, dan biasa bagi sebagian yang lain. Kalau bagi saya, ini berat. Bukan karena baper lihat teman-teman lulus, tapi karena beasiswa udah dihentikan. Tidak ada sponsor buat mkeneruskan hobi lagi. Haha. Fase pancarob

Tentang Pantai Hingga Gunung di Solo dan Orang-orang Sinis

Gambar
Saya lahir dan besar di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Meski demikian, jika ada orang yang baru kenal lalu tanya saya orang mana, saya pasti jawab “orang Solo”. Iya, saya Solo tulen! Buktinya sekarang saya jomblo. Oke. Skip. Tulisan ini sebenarnya diawali dengan keresahan saya saat buka facebook. Ada postingan dari akun TravelingYuk dalam album foto “Traveling Yuk ke Solo”. Saya pribadi tidak ada masalah dengan tempat-tempat yang disarankan, yang jadi masalah adalah saat saya membaca kolom komentar. Komentar paling mainstream adalah; “wah, sejak kapan Solo punya pantai wkwkwk”, “admin ngawur, itu semua bukan di Solo”, hingga “terakhir aku ke Merbabu masih di Boyolali, sekarang pindah Solo, tho?” dan nada sinis lainnya. Baik, saya rasa cukup pembukaannya, mari kita segera bicarakan tentang Solo dan Surakarta saja. 1. Melihat Solo-Surakarta dalam Perspektif Sejarah Sangat panjang jika harus menulis sejarah Solo, mari kita peringkas saja. Solo dan Su

A Copy of My Mind : Cinta dan Seks dalam Intervensi Kapital

Gambar
Sejak Februari kemarin telah rilis sebuah film terbaru karya Joko Anwar, A Copy of My Mind. Layaknya Joko dalam film-film sebelumnya, kali ini ia (tentu) menyajikan karya yang benar-benar keluar dari tema-tema mainstream. ACMM adalah representasi kehidupan anak muda ‘susah’ di tengah Ibukota. Sepasang kekasih yang tak biasa antara Alek (pembuat teks film bajakan) dan Sari (pekerja facial) yang sangat lugu, intim dan hyper ini sudah tentu tak terpikirkan dalam film Indo pada umumnya. Alek menjadi sosok yang amat dekat dengan kita mengingat sebagian besar dari kita pernah menyaksikan film bajakan dengan teks terjemahan yang jelek. Dan Sari dekat bagi mereka kaum perempuan karna pekerjaannya bersinggungan dengan eksistensi wanita sebagai simbol kecantikan duniawi. Hubungan intim yang sering dikaitkan dengan film sampah tidak berlaku dalam ACMM. Berbeda dengan film-film Jupe yang kalau ada pakaian seksi dan adengan seks maka film itu terklaim ‘film sampah’ oleh masyarakat. Adenga