Postingan

Tips Blog Paling Mainstream

Gambar
Setiap blogger pasti memiliki alasan tersendiri mengapa dia perlu ngeblog. Sama seperti mengapa ada yang lebih memilih tim macam Arsenal daripada Chelsea Islan. Atau lebih memilih chatting pakai Telegram Messenger daripada pakai WhatsApp the people of the world (koin boss koin). Namanya juga pilihan. Silakan saja mau pilih yang mana. Asal tidak memilih Yulianto sebagai suami kamu, itu sih cukup. Nah, sebagai blogger yang seperti debu diantara gurun pasir ini saya mau berbagi tentang kiat-kiat ngeblog. Berikut saya tulis dalam format macam Q&A saja ya. Mau bagaimana lagi, saya tidak pernah dikyu-en-ein (tolong masukin kata ini dalam bahasa baku Indonesia). Satu-satunya kyu-en-e yang pernah saya alami ya cuma di bioskop. “Mau nonton apa, Mas?” “Kuntilanak Kesemutan” “Untuk berapa orang?” “Satu” “Kuntilanak Kesemutan. Satu tiket. Pukul 17.00. Totalnya tiga puluh ribu.” “Eee.. Mbak. V ini maksudnya studio lima? Bukannya di sini studionya cuma ada empat?” “Bukan. V itu Videotr

Alleycats (2016) : Relasi Kuasa Dalam Rantai Sepeda

Gambar
Alleycats adalah film action-thriller yang disutradarai oleh Ian Bonhote. Rilis tahun 2016 dan mendapatkan rate rendah dari imdb (4,9/10). Film ini mengisahkan tentang seorang kurir pengayuh sepeda bernama Chris yang tak sengaja melihat peristiwa pembunuhan di sebuah hotel. Melihat peristiwa tersebut, Chris langsung lari dan ia membawa rekaman kejadian yang tersimpan dalam memori di kamera GoPro-nya. Ternyata orang yang Chris lihat itu adalah seorang pejabat negara bernama Yates dan si korban adalah seorang perempuan yang berprofesi sebagai reporter. Bukannya melapor kepada polisi, Chris yang dibantu teman misteriusnya malah memanfaatkan video rekaman itu untuk memeras Yates. Profesi Chris sebagai seorang kurir memang tidak menjanjikan kehidupan mapan. Dengan alasan kebutuhan ekonomi itulah ia memanfaatkan kesempatan ini meski nyawa taruhannya. Yates sendiri sebagai seorang pejabat negara berdiri pada strata tinggi dalam lapisan sosial masyarakat. Kekuasaan yang ia gengga

Pengendara dan Begal Estetika

Gambar
Sebagai pengguna sepeda motor yang hampir tiap hari menerjang keramaian jalan raya, saya selalu bertemu dengan orang yang uring-uringan dan merasa dirinya paling benar. Beberapa diantara yang saya temui bahkan sempat bersinggungan dengan saya. Pernah ketika saya menurunkan kecepatan untuk memberi kesempatan penyebrang jalan, saya malah dimarahi pengendara lain dari belakang. Di jalanan, saya sering menengok ke spion untuk ngecek keberadaan pengendara lain. Yang saya lihat kala itu sebenarnya si pengendara berjarak sangat jauh meski saya tahu kecepatannya memang tinggi. Namun, jika sesuai hukum fisika yang dibungkus peri kemanusiaan, sangat bisa si pengendara berhenti disamping saya. Bukannya decit rem yang saya dengar, malah kata “ASU!” yang tumpah dari mulutnya. Saya jadi bingung. Dia ini teriak “ASU” gitu maksudnya mengenalkan diri ya? Seperti “aku asu, kowe minggiro” gitu apa gimana? Bahkan, bapak saya yang sudah berkeriput dan kaki tak mampu menopang langkah pun ser

Cheng Sew Club Kembali Ke Desa Tompegunung

Gambar
Seperti dendam, rindu harus dibayar tuntas. Kira-kira ungkapan Eka Kurniawan itulah yang tepat untuk memotivasi kami bertujuh mengunjungi desa Tompegunung. Desa Tompegunung adalah tempat dimana saya dan kawan-kawan dulu pernah menjalankan program KKN. Desa ini letaknya tersembunyi dari keramaian kabupaten Pati. Perlu keteguhan, kesabaran, tekad dan motor tahan banting untuk bisa sampai di sini. Sabtu, 13 Agustus 2016 adalah hari yang kami pilih untuk merajut kenangan di desa Tompe. Rencana awal kami berangkat dari Solo pukul enam pagi. Namanya juga manusia berencana, Tuhan menentukan. Sejak subuh hingga setengah waktu dhuha, kota Solo sudah diguyur hujan deras. Kami baru memulai perjalan sekitar pukul sembilan. Sebuah pagi yang sangat terlambat untuk menempuh perjalanan melawan truk dan bus. Pegal dan deg-degan, rasanya seperti menempuh ujian nasional soal fisika padahal dua tahun jadi anak IPS, kira-kira begitu yang saya rasakan ketika melaju menuju desa Tompe. Di tengah j

Membalut Perbedaan Dengan Mesra Dalam Cinta

Gambar
Meski saya termasuk antisosial, bukan lantas saya tidak memiliki teman sama sekali. Pribadi introvert membuat saya memilih dan memilah lingkungan pertemanan dengan teliti. Bukan bermaksud diskriminatif, hanya saja secara alami insting sosial saya yang menentukan mana teman yang cocok dan mana yang tidak cocok. Tanpa disadari saya membuat lingkaran pertemanan yang sangat ekseklusif. Saya tidak memusuhi mereka yang tidak cocok dengan saya. Di dunia nyata, saya masih menganggap mereka teman. Sedangkan di dunia maya ada beberapa (banyak malahan) yang tidak saya follow bahkan berakhir unfollow dan block pun ada. Mau bagaimana lagi, kalau kita tidak suka dengan konten yang dibagikan teman kita sendiri di sosial media kan ya halal-halal saja kalau di- unfollow atau unfriend . Bukan berarti ngajak ribut, toh di dunia nyata kita tetap berteman. Di samping itu, teman yang menurut saya cocok adalah mereka yang kalau ngobrol bisa nyambung. Meski berbeda-beda karakter dan latar belakang, t

Menarik Diri Dan Memaafkan

Gambar
Tidak butuh waktu lama bagi seseorang untuk membenci sesuatu. Entah peristiwa tertentu, situasi tertentu atau terhadap orang-orang tertentu. Sebaik apapun budi pekertimu, saya yakin ada masa di mana kamu akan membenci sangat dalam. Kebencian sering dibicarakan sebagai sumber perselisihan, sengketa, bahkan berdampak kerusuhan dan kehancuran. Bisa jadi. Tapi banyak juga benci-benci yang tak terluapkan. Terkubur dan menunggu beberapa masa untuk mengurai semua hingga kemudian lenyap tanpa sisa. Ini adalah saat yang tepat untuk menarik diri dari situasi yang membencikan. Ketika seseorang atau beberapa orang memicu sensor kebencian, ketika itu pula upaya defensif akan ter-ON-kan secara otomatis. Bisa saja melalui penyangkalan atau pembelaan. Namun saya selalu punya alternatif, saya memilih menghindar. Pengecut? Mungkin. Menarik diri dari sumber kebencian sama saja menarik diri dari akar permasalahan. Banyak orang akan selalu berkoar-koar bahwa masalah ada untuk diselesaikan. Saya t

Sayat-Sayat Musik Dalam Film John Carney

Gambar
Belakangan ini saya nonton tiga film buatan John Carney, yaitu Once (2006), Begin Again (2013) dan Sing Street (2016). Hebatnya, ketiga film tersebut berhasil meluluhkan hati saya hingga memasukkan nama John Carney sebagai sutradara favorit di antara Steven Spielberg dan Chris Nolan. Tidak seperti kedua sutradara yang saya sebut di atas, John Carney meracik karyanya tanpa cerita rumit dan plot twist serius. Saya rasa Carney ini spesialis film yang melibatkan musik sebagai mainannya. Sebut saja film Once . Film ini bercerita tentang seorang pria patah hati yang menghabiskan waktunya dengan mengamen di jalanan sekaligus membantu ayahnya bekerja di servisan vacum cleaner . Suatu ketika ia bertemu dengan seorang perempuan penjual bunga. Hari demi hari mereka selalu bertemu dan langsung klop begitu saja ketika membicarakan musik. Melalui percakapan itu pula akhirnya diketahui si perempuan tersebut ahli bermain piano. Keduanya pun mencoba untuk menggabungkan musik yang selama i

Sing Street: Memutuskan Keputusasaan

Gambar
Rilis pada tahun 2016, Sing Street memberi penyegaran bagi penonton film yang sebelumnya dimanja oleh film superheroes. Sing Street merupakan film racikan John Carney, yang dikenal sebagai seorang sutradara, penulis sekaligus komposer. Carney menjadikan tanah kelahirannya, Dublin (Irlandia), sebagai set dalam semesta film Sing Street itu sendiri. Dengan menguasai materi secara menyeluruh, Carney berhasil mendapat score bagus dari IMBD 8.1 dan Metascore 79 untuk Sing Street. Sing Street bercerita tentang seorang remaja bernama Conor Lawlor (a.k.a Cosmo) yang mengalami berbagai tekanan, baik dari keluarga maupun lingkungan sekolahnya. Orangtua Conor mengalami kebangkrutan dari sektor ekonomi dan asmara. Ibunya yang diketahui selingkuh membuat suasana malam sering diramaikan oleh pertengkaran. Untung saja Conor memiliki kakak yang woles, Brendan Lawlor. Melalui Brendan inilah Conor mengenal dan mempelajari musik lengkap dengan falsafahnya. Conor terpaksa belajar di sekolah baru