Postingan

Menampilkan postingan dengan label Batin

Mantan dan Hal-Hal yang Tak Selesai

Gambar
Berpisah dengan kekasih boleh jadi sesuatu yang teramat menyakitkan. Ditinggal nikah apalagi. Deretan mantan memang memberi banyak pengalaman-pengalaman cinta. Petualangan birahi jangan ditanya. Namun, dibalik semua itu saya percaya. Tak ada yang lebih menggemaskan dari mengingat-ingatnya. Saya mulai berpacaran saat duduk di bangku SMA. Sementara teman-teman saya yang lain sudah memulainya saat SMP. Sebagai Romeo yang tertinggal ribuan tahun cahaya, saya belajar menjalin hubungan asmara secara otodidak. Tentu saya malu kalau harus tanya ke teman-teman yang sudah berpengalaman; saya harus bagaimana, saya harus ngapain, saya harus keluar di dalem apa di udel . Semua pertanyaan itu saya cari jawabannya sendiri, demi mewujudkan cita-cita saya sebagai Arjuna berdikari. Jadian. Putus. Balikan. Putus. Jadian. Putus. Balikan. Putus. Sudah. Siklus percintaan masa-masa remaja ya begitu-gitu saja. Berharap mendapat kisah asmara sastrawi macam Den Bagus Arjuna dan Dewi Sumbadra jelas perkar

Membalut Perbedaan Dengan Mesra Dalam Cinta

Gambar
Meski saya termasuk antisosial, bukan lantas saya tidak memiliki teman sama sekali. Pribadi introvert membuat saya memilih dan memilah lingkungan pertemanan dengan teliti. Bukan bermaksud diskriminatif, hanya saja secara alami insting sosial saya yang menentukan mana teman yang cocok dan mana yang tidak cocok. Tanpa disadari saya membuat lingkaran pertemanan yang sangat ekseklusif. Saya tidak memusuhi mereka yang tidak cocok dengan saya. Di dunia nyata, saya masih menganggap mereka teman. Sedangkan di dunia maya ada beberapa (banyak malahan) yang tidak saya follow bahkan berakhir unfollow dan block pun ada. Mau bagaimana lagi, kalau kita tidak suka dengan konten yang dibagikan teman kita sendiri di sosial media kan ya halal-halal saja kalau di- unfollow atau unfriend . Bukan berarti ngajak ribut, toh di dunia nyata kita tetap berteman. Di samping itu, teman yang menurut saya cocok adalah mereka yang kalau ngobrol bisa nyambung. Meski berbeda-beda karakter dan latar belakang, t

Menarik Diri Dan Memaafkan

Gambar
Tidak butuh waktu lama bagi seseorang untuk membenci sesuatu. Entah peristiwa tertentu, situasi tertentu atau terhadap orang-orang tertentu. Sebaik apapun budi pekertimu, saya yakin ada masa di mana kamu akan membenci sangat dalam. Kebencian sering dibicarakan sebagai sumber perselisihan, sengketa, bahkan berdampak kerusuhan dan kehancuran. Bisa jadi. Tapi banyak juga benci-benci yang tak terluapkan. Terkubur dan menunggu beberapa masa untuk mengurai semua hingga kemudian lenyap tanpa sisa. Ini adalah saat yang tepat untuk menarik diri dari situasi yang membencikan. Ketika seseorang atau beberapa orang memicu sensor kebencian, ketika itu pula upaya defensif akan ter-ON-kan secara otomatis. Bisa saja melalui penyangkalan atau pembelaan. Namun saya selalu punya alternatif, saya memilih menghindar. Pengecut? Mungkin. Menarik diri dari sumber kebencian sama saja menarik diri dari akar permasalahan. Banyak orang akan selalu berkoar-koar bahwa masalah ada untuk diselesaikan. Saya t

Curahan Hati Seorang Pertapa Skripsi

Gambar
Tinggal menghintung hari saya akan punya adik tingkat lagi. Bukan apa-apa, hanya saja saya tidak ingin takabur kalau dianggap pertapa suci. Sebagai mahasiswa babak akhir yang tak segera diakhiri, saya sebenarnya sudah cukup lelah dengan keterkejutan muda-mudi maba (mahasiswa baru) ketika saya menyebut bilangan tak wajar dalam tingkatan semester. Mereka yang bercita-cita menyelesaikan kuliah dalam delapan semester tentu terheran-heran mengetahui level studi saya jauh di atas itu. Daripada disebut terheran-heran, lebih tepatnya mereka ketakutan setengah mati kalau nasib mereka bakal seperti saya. Sebab, tidak jarang yang masuk jurusan saya itu muda-mudi salah jurusan. Sama-sama tahulah rasanya kuliah di jurusan yang tidak diinginkan dan akhirnya mencapai fase stuck tidak tahu mana ujungnya. Bisa dibayangkan bagaimana muda-mudi maba dengan mata berbinar-binar menatap masa depan itu tiba-tiba saja syok melihat pertapa skripsi seperti saya. Seolah impian dan cita-cita indah mere

Kematian Alayist di Semesta Facebook

Gambar
Banyak di antara kita yang berpendapat jika facebook adalah barang lama, usang dan gak layak pakai. Bahkan ada yang merasa jijik macam najis mugholadoh gitu. “Yaelaah.. hari gini masih fesbukan? Instagram dong, Path dong..” . Banyak nyinyiran yang ditujukan pada user facebook yang masih aktif, tapi tetap yang paling hits adalah nyinyiran “Facebook? Alay!” . Sebagai aktivis perfesbukan tentu saya merasa bingung dan tratatapan . Lha wong yang posting di IG atau Path saja kadang muncul di Facebook juga kok. Bahkan ada pula yang masih repot-repot upload foto bekas upload -an IG di beranda facebook. Hingar bingar itu saya cuekin saja, kalau kontennya mengganggu ya saya stop following , kalau enggak yaudah saya biarin. Klaim alay yang melekat di facebook ini tak ubahnya catatan buruk dalam sejarah facebook di Indonesia. Karya Mark Zuckerberg ini ngeksis di Indonesia tepat saat saya duduk di bangku SMA. Sekolah saya itu statusnya agak paradoks. Dibilang anak gaul kota enggak, kar

Maaf Ya Kawan

Gambar
Malam lebaran, ketika jalanan yang biasanya hening berubah menjadi lautan manusia dengan kepentingannya masing-masing. Ketika kesunyian berubah menjadi hingar-bingar pestanya para animal simbolicum. Ketika itu pula saya duduk termenung di meja kerja, mencoba berpikir dan merasa, barangkali ada sesuatu yang perlu saya lakukan. Jujur saja, saya ini orang yang kelewat sombong sampai jarang sekali meminta maaf di kala lebaran. Entah kenapa rasanya kok berat kalau saya meminta maaf tanpa tahu salah saya apa. Sudah menyakiti orang lain, pas minta maaf pakai kata-kata kopi paste standar lebaran itu kok kesannya kurang ajar sekali. Dalam benak saya ada yang harus lebih didahulukan daripada meminta maaf, yaitu memaafkan. Saya percaya memaafkan lebih berat daripada minta maaf. Jika yang menghalangi seseorang untuk minta maaf adalah ego, maka penghalang seseorang untuk memaafkan adalah dendam. Berbuat jahat pada orang lain lalu minta maaf itu standar. Kalau dijahati lalu memaafkan itu

Lebaran dan Hantu-Hantu Hedonis

Gambar
Pulang dari acara buka bersama, saya menyempatkan diri mampir ke minimarket untuk membeli cemilan dan sekaleng kopi. Pada saat antri di kasir, saya dapati pembeli lain dengan belanjaan yang kurang masuk akal kalau untuk dihabiskan dalam satu malam. Sirup empat botol, segepok permen, dua lodong astor dan satu gembrengan biskuit. Mata saya kemudian menerawang di balik pintu kaca minimarket sambil bergumam: “inikah yang dimaksud ‘hilal’ sudah terlihat?”. Di daerah saya, untuk mengenali tibanya Hari Raya Idul Fitri sangatlah mudah. Ada beberapa gejala visual yang selalu terjadi: lihat orang belanja siang malam, lihat kembang api, lihat manusia dimensi lain jual uang baru, lihat beras, dan lihat orang-orang minta maaf tapi masih tidak sadar salahnya di mana. Jika semua gejala itu sudah terjadi, maka sudah bisa dipastikan lebaran jatuh pada esok harinya. Hal ini kontras sekali dengan yang saya tahu di Tajikistan melalui buku Garis Batas (Agustinus Wibowo). Tepatnya di Yamchun ada dialog

KKN (Kisah Kasih Ndasmu)

Gambar
STOP bergurau tentang KKN dengan memanjangkan singkatannya menjadi ‘Kisah Kasih Nyata’ . Mengapa? Karena itu BASI. Bagaimana tidak basi, saya sudah dengar gurauan itu sejak Ibu saya masih setangguh Natasha Romanoff. Jadi jika di tahun 2016 ketiga kata itu masih kamu dengar, segeralah kamu daftarkan orang yang ngomong itu ke museum. Sebagai seorang jomblo militan dan aktivis kesetaraan cinta, saya tidak bisa tinggal diam. Saya merasa getir dengan nasib para jomblo-jomblo militan yang tersebar di seluruh Indonesia, yang dengan adanya KKN ini membuat naluri buas mereka meronta-ronta. Naluri buas yang sudah mereka pendam sejak lama, jika terhambur keluar bisa mengancam kedamaian Dinasti Jomblo Nusantara. Untuk itulah saya harus membongkar semua kepentingan di balik program KKN melalui tulisan ini . Program KKN adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu (1) . Kegiatan ini ha

4 SKS dan Ruang Ketidakmungkinan

Gambar
Saya yakin semua percaya jika manusia manapun pasti memiliki kelemahan. Mas Logan yang dikenal buas dan gak bisa mati pun bakal menangis tersedu-sedu dibalik bantal kalau sudah terlibat urusan dengan Jane. Segagah Hulk pun juga bakal layu kalau sudah berhadapan dengan Raden Ayu Romanoff seperti Nobita dihadapan Shizuka, mupeng. Setangguh apapun manusia mencoba mencitrakan dirinya sebagai manusia sempurna, sudah barang tentu ada bercuil-cuil kelemahan yang tidak bisa dibersihkan. Apesnya, pasti kita pernah terjebak momen kampret yang melibatkan kelemahan ini. Misal nih, ada yang alergi jatuh cinta (wuedyan!). Dalam satu kesempatan ia dijodohkan para makcomblangers dengan seseorang yang sama sekali tidak ia kenal. Kalau sudah begini yang bisa dilakukan ya cuma dua; lari terbirit-birit atau terpaku tak berdaya sambil mengutuk semua orang dalam gumam. Kalau saya? Jelas saya melakukan kedua-duanya. Saya sering menghindar dari hal-hal yang melibatkan kelemahan saya. Kalau sudah

Tidak Suka, Tolak Aja

Gambar
Seberapa sering kita melakukan sesuatu yang sebenarnya bukan kewajiban kita? Lalu dengan terengah-engah seberapa sering kita mengaku kalau tidak punya waktu yang cukup dalam satu hari? Apakah benar kita sesibuk itu? Saya akui sebagai manusia bergolongan AB yang taat, saya memiliki manajemen waktu yang tidak menentu. AB konon memiliki kecenderungan untuk menyelesaikan semua pekerjaan dalam satu waktu. Jika direfleksikan dalam hidup saya, saya harus setuju. Paling susah nyicil kerjaan satu per satu, kalau sudah mulai ya harus selesai saat itu juga. Tapi kemudian ini jadi masalah, karena seringkali itu bikin bingung dan lelah. Kemudian saya mencoba membuat list dan menulis jurnal setiap hari. Sesaat saya lega karena hal itu sangat membantu dalam menentukan step by step apa yang harus saya lakukan. Namun semua berubah, ketika distraksi-distraksi datang menyerang. Distraksi adalah gangguan. Tepat dimana saya berada pada jalur yang sudah ditentukan dalam list, tiba-tiba saja a

Kami Tidak Segera Lulus, Karena Kami Divergent

Gambar
Tulisan ini saya persembahkan bagi mereka yang menempuh pendidikan perguruan tinggi strata sarjana. Khususnya yang sudah menempuh masa studi hingga semester sepuluh, sebelas, dan seterusnya. ANDA TIDAK SENDIRI! Saat ini saya sedang menempuh semester 10, dan sangat memungkinkan (atau bahkan dipastikan) saya akan lanjut ke level berikutnya, semester 11. Sedangkan teman-teman saya satu angkatan sudah banyak yang lulus, mungkin yang tersisa tinggal tiga atau empat orang. Entah. Jalan yang kami tempuh berbeda-beda. Hidup saya mulai berubah saat masuk semester 9. Saya menjadi lebih antisosial dari sebelumnya, yang dulu ambivert kini jadi lebih introvert, lebih tidak pedulian, lebih diam dan lebih banyak melakukan hal sia-sia. Fase ini memang berat bagi sebagian orang, dan biasa bagi sebagian yang lain. Kalau bagi saya, ini berat. Bukan karena baper lihat teman-teman lulus, tapi karena beasiswa udah dihentikan. Tidak ada sponsor buat mkeneruskan hobi lagi. Haha. Fase pancarob