Postingan

Menampilkan postingan dengan label Film dan Televisi

Film Toko Barang Mantan: Bukan Cuma Cewek yang Butuh Kepastian

Gambar
Film drama Indonesia sepertinya punya satu format klise yang sering dipakai untuk memulai sebuah cerita. Biasanya, kisah asmara akan dimulai dari dua tokoh yang baru kenal, lalu pacaran, habis itu ada maslah, kemudian masalah selesai. Tamat. Plot cerita yang seperti itu menurut saya sangat membosankan sebab sudah kerap dipakai berkali-kali. Bahkan sejak saya masih kecil; sejak saya menonton Cinta dan Rangga. Saya tidak banyak menonton film drama memang. Kebetulan saja beberapa film drama yang saya tonton belakangan ini sudah menggunakan cara bercerita yang berbeda. Termasuk film yang baru banget saya tonton, yaitu film “Toko Barang Mantan”. Selayang Pandang Poster Film Toko Barang Mantan Film Toko Barang Mantan adalah film drama dengan sentuhan komedi yang dikemas dengan sederhana namun sarat makna. Film jebolan production house ternama, MNC Pinture Movie, ini mempertemukan dua aktor berbakat, yaitu Reza Rahadian dan Marsha Timothy sebagai sepasang mantan. Deretan aktor

Film Temen Kondangan: Datang ke Nikahan Mantan Sama Siapa?

Gambar
Salah satu isu yang sering berkeliaran di lingkaran saya tentang pernikahan adalah soal kesederhanaan acara. Banyak yang ingin menikah dengan pagelaran yang simple , terjangkau, dan intim. Namun seringkali niat itu terhambat oleh campur tangan orangtua dan ketakutan-ketakutan pada ‘kata orang’ . “Kalau nggak pakai dangdutan, nggak pakai janur, nggak ngundang itu-itu apa kata orang nanti?” Sering dengar yang seperti ini, kan? Mendengarkan pendapat orang lain tentang apa yang harus kita lakukan kadang berguna. Tapi bisa juga malah merepotkan diri sendiri. Bukan karena apa yang orang lain minta adalah sesuatu yang buruk, melainkan sesuatu yang tidak relevan. Kerap kali rasa sungkan membuat kaki kita terjebak pada ekspektasi orang lain. Hingga kita melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu kita lakukan. Kegundahan dalam memenuhi ekspektasi orang lain ini menjadi pembuka yang manis pada sebuah cerita komedi di film yang baru-baru ini saya tonton, yaitu film “Temen Kondangan”

Ditulis Oleh Garin Nugroho, 99 Nama Cinta Menarik Ditonton

Gambar
Poster resmi 99 Nama Cinta Ada beberapa sutradara di Indonesia yang selalu ingin saya tonton karyanya. Sebut saja Joko Anwar, Riri Reza, dan juga Garin Nugroho. Masing-masing dari mereka memiliki warna tersendiri dalam menampilkan filmnya. Saya paling suka warna yang dibuat oleh Garin Nugroho . Nama Garin Nugroho sudah tidak asing lagi di industri film Indonesia. Bukan hanya di dalam negeri, film-filmnya kerap lalu-lalang di ajang festival bergengsi dunia. Selain menonton filmnya, saya juga membaca bukunya berjudul “Film Indonesia” yang secara lengkap mendokumentasikan perjalanan industri film Indonesia dari zaman kolonial hingga 2012. Singkat cerita, Garin Nugroho adalah legenda di kancah perfilman Indonesia. Setidaknya, saya meyakini itu. Baru-baru ini, Garin kembali terlibat dalam sebuah produk film. Film tersebut adalah 99 Nama Cinta. Meski begitu, Garin kali ini tidak berada di kursi sutradara. Ia menjadi penulis naskah, sementara posisi sutradara dipegang oleh Dania

Galih dan Ratna: Membaca Ekspresi Kasih Sayang

Gambar
Menonton film Indonesia dengan genre romance bukan merupakan kebiasaan saya selama ini. Dari sekian banyak judul film dengan genre ini, hanya segelintir judul yang sudah saya tonton. Salah satunya adalah film Galih dan Ratna yang tayang di bioskop pada 2018, namun baru saya tonton di Agustus 2019. Mungkin ini akan jadi film romance pertama yang saya review ( kalau nggak salah ). Hehehe. Baiklah, mari kita coba melihat film ini dari berbagai hal. Setidaknya, dari hal-hal yang terpantul dari kacamata saya sebagai penonton awam. Btw, ini bakal spoiler. Pertama, mengulang (remake) kisah cinta Galih dan Ratna di bangku SMA mungkin terdengan klise. Hal apa yang akan membuat sebuah film remake menjadi menarik? Mengubah setting waktu menjadi kekinian? Formula seperti itu mungkin justru terasa lebih klise lagi. Tapi, film Galih dan Ratna bagi saya telah memecahkan persoalan klise tersebut. Menurut saya, setting kekinian yang diimbangi dengan sosok Galih yang retro membuat nuan

Film Mahasiswi Baru: Menolak Diskriminasi Usia

Gambar
Umumnya, representasi orang lanjut usia (lansia) di dalam film Indonesia dihadirkan dalam tiga situasi. Yaitu sebagai orang bijaksana, orang kolot, dan sosok mistis. Ketika memerankan karakter orang bijaksana, golongan lansia dianggap sudah khatam soal urusan kehidupan. Oleh karenanya, mereka seringkali muncul sebagai penasehat bagi karakter utama yang biasanya jauh lebih muda. Jika sebagai orang kolot, kita bisa menemukan sosok lansia sebagai orang yang menyebalkan, berpikiran tertutup, dan keras kepala. Biasanya kelompok ini diberi peran untuk menyusahkan karakter utama atau bisa juga muncul sebagai pemicu tawa dengan menjadikan kekolotan mereka untuk diperolok. Nah, yang terakhir adalah sosok lansia sebagai sosok mistis. Kita bisa dengan mudah menemukan sosok lansia sebagai ahli spiritual, dukun, bahkan hantu gentayangan. Dalam posisi ini, peran lansia bisa jadi pemecah masalah atau justru pusat dari segala masalah. Dengan melihat peran-peran di atas, saya menyadari jik

10 Film Hollywood dengan Kutipan Kata-Kata Romantis di Dalamnya

Gambar
Genre film apa yang paling kamu suka? Apakah film laga? Atau bisa jadi film romantis menjadi pilihan pertama kamu? Film romantis biasanya dirancang untuk mengaduk-aduk emosi penonton. Apalagi kalau kisah yang diangkat relevan dengan kisah hidup kita. Meski kadang nggak sedramatis itu, tapi ada beberapa momentum manis yang bisa terjadi dalam hidup kita. Kita bisa tertawa dari komedinya, bisa sedih karena dramanya, atau sampai senyum-senyum sendiri karena kutipan kata-kata romantisnya. Apa sih yang bisa kita dapatkan dari nonton film romantis? Tentu saja bukan adrenaline rush , melainkan sensitivitas romansa yang bisa dipoles dengan kutipan romantis yang ada dalam film. Oleh karena itu, tidak heran jika kemudian banyak adegan atau kutipan-kutipan legendaris dari film romantis Hollywood yang jadi inspirasi. Nah, buat kamu yang sudah kehabisan stok kutipan romantis, berikut ini saya suguhkan 10 kutipan kata-kata romantis dari film Hollywood sepanjang masa yang bisa kita pakai untuk biki

Seru! 5 Film Adaptasi Komik di Tahun 2019

Gambar
Bagi kelas menengah seperti saya, menonton film di bioskop tidak bisa saya lakukan setiap hari. Jadi saya harus mereduksi film apa saja yang sekiranya seru untuk ditonton di layar lebar. Jawabnya adalah film yang diadaptasi dari komik. Mengapa? Saya selalu suka genre science fiction dan fantasy. Saya menyukainya karena film-film semacam itu tidak tersentuh di dunia nyata saya. Jadi saya merasa begitu terhibur dengan hiperialitas yang ditawarkan. Meskipun fiksi dan fantasi, film tetaplah buah pikir dari otak manusia. Nah, imajinasi manusia itulah yang terasa sangat lezat bagi pikiran saya. Sehingga ketika nonton film dengan genre semacam ini, saya akan mengupayakan untuk menontonnya dengan fasilitas terbaik. Yaitu, nonton di bioskop. Sebagai watching list di 2019, saya menuliskan lima film hasil adaptasi komik Marvel dan DC yang menarik untuk ditonton di bioskop. Spiderman: Far From Home Petualangan Peter Parker melawan kejahatan di masa pubernya tentu saja menar

Pengabdi Setan ala Joko Anwar: Bahaya Belum Tentu Menakutkan

Gambar
Menurut saya, film Pengabdi Setan besutan Joko Anwar ini adalah film yang sangat bagus, tapi bukan film horor yang terlalu seram. Kedua hal tersebut perlu dibedakan, sebab saya risih dengan beberapa komentar yang mengatakan film ini tidak bagus hanya karena kurang seram. Well , tiap orang tentu bebas menilai sebuah film. Tapi hambok ya agak nganu dikit gitu, lho. Sebelum membicarakan filmnya, saya ingin curhat sebentar. Begini, saya berangkat menonton film ini sendirian. Bukan karena jomblo. Justru dari beberapa kilometer di sebrang sana kekasih saya juga sedang menonton film Pengabdi Setan , tapi versi pertamanya (1979) dan rencananya kami akan saling mendiskusikan itu. Namun, terlepas dari itu, ada satu hal menyebalkan yang harus saya rasakan di dalam bioskop. Apalagi kalau bukan celetukan berisik di kanan dan di kiri. Bukan. Bukan orang spoiler. Ada yang lebih parah dari itu, yaitu tipe penonton yang kebanyakan maido dan sambat . Dua istilah Jawa ini kalau dalam bahasa Indone

Asimetris (2018): Mengintip Industri Kelapa Sawit

Gambar
Kita tahu, bahkan sangat yakin terhadap kekayaan alam yang dimiliki oleh negeri ini begitu besar. Besar lahannya, besar potensinya, besar pula sumbangsihnya terhadap dunia. Alam Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke merupakan harta karun yang dipamerkan di mata dunia. Meski demikian, penikmat sejati alam-alam ini bukanlah saya, kita, atau sebagian besar penduduk negeri ini. Tapi mereka. Mereka adalah orang-orang digdaya yang tidak tersentuh oleh tangan kotor saya. Mereka bersembunyi di balik nama perusahaan yang besar. Mereka berlindung di dalam kerajaan yang mereka bangun. Para pengusaha besar yang mengeksploitasi alam menjadi rentetan angka tak terhingga di rekening mereka. Dan kita, adalah budak yang enggan mengaku. Beberapa saat lalu, saya dan Tiwi terlibat dalam sebuah acara diskusi film. Bukan film yang tayang menggelegar di bioskop-bioskop, tapi film dokumenter yang begitu sunyi. Mungkin judulnya tidak terlalu ramai dibicarakan, meski isi di dalam film itu

Ada Lima Villain di Film Spider-Man Homecoming? Edan!

Gambar
Salah satu kecemasan saya sebelum nonton film Spider-Man Homecoming adalah sosok villain yang membuat saya bertanya-tanya, “ Apakah musuh Spider-Man kali ini bisa lebih mencekam dari sebelumnya?” Makna ‘sebelumnya’ yang saya maksud bisa berarti dua hal, yaitu pagelaran Spider-Man versi Tobey dan Andrew, serta beberapa film balutan MCU yang tayang sebelum Spider-Man Homecoming . Begini, kita sama-sama tahulah kalau di film ketiga Spider-Man versi Tobey, ada musuh besar bernama Venom. Adapula villain yang menjadi inspirasi bagi Rumor Band untuk membuat lagu berjudul Butiran Debu . Bisa menebak? Ya, Sand-Man. Meski pada akhirnya saya merasa cukup sebal karena Venom terlalu mudah ditumpas dan Sand-Man yang tidak bisa dihancurkan itu memilih taubat nasuha. Lalu di dalam versi Andrew, Spider-Man berhadapan dengan villain bernama Rhino dan Electro yang saya ekspektasikan bakal sangat menegangkan. Lalu benar menegangkan? Ya. Dan saat tegang-tegangnya tiba-tiba film bubar. Sungguh en