Curahan Hati Seorang Pertapa Skripsi
Tinggal menghintung hari saya akan punya adik tingkat lagi. Bukan apa-apa, hanya saja saya tidak ingin takabur kalau dianggap pertapa suci. Sebagai mahasiswa babak akhir yang tak segera diakhiri, saya sebenarnya sudah cukup lelah dengan keterkejutan muda-mudi maba (mahasiswa baru) ketika saya menyebut bilangan tak wajar dalam tingkatan semester. Mereka yang bercita-cita menyelesaikan kuliah dalam delapan semester tentu terheran-heran mengetahui level studi saya jauh di atas itu. Daripada disebut terheran-heran, lebih tepatnya mereka ketakutan setengah mati kalau nasib mereka bakal seperti saya. Sebab, tidak jarang yang masuk jurusan saya itu muda-mudi salah jurusan. Sama-sama tahulah rasanya kuliah di jurusan yang tidak diinginkan dan akhirnya mencapai fase stuck tidak tahu mana ujungnya. Bisa dibayangkan bagaimana muda-mudi maba dengan mata berbinar-binar menatap masa depan itu tiba-tiba saja syok melihat pertapa skripsi seperti saya. Seolah impian dan cita-cita indah mere