Postingan

Ada Lima Villain di Film Spider-Man Homecoming? Edan!

Gambar
Salah satu kecemasan saya sebelum nonton film Spider-Man Homecoming adalah sosok villain yang membuat saya bertanya-tanya, “ Apakah musuh Spider-Man kali ini bisa lebih mencekam dari sebelumnya?” Makna ‘sebelumnya’ yang saya maksud bisa berarti dua hal, yaitu pagelaran Spider-Man versi Tobey dan Andrew, serta beberapa film balutan MCU yang tayang sebelum Spider-Man Homecoming . Begini, kita sama-sama tahulah kalau di film ketiga Spider-Man versi Tobey, ada musuh besar bernama Venom. Adapula villain yang menjadi inspirasi bagi Rumor Band untuk membuat lagu berjudul Butiran Debu . Bisa menebak? Ya, Sand-Man. Meski pada akhirnya saya merasa cukup sebal karena Venom terlalu mudah ditumpas dan Sand-Man yang tidak bisa dihancurkan itu memilih taubat nasuha. Lalu di dalam versi Andrew, Spider-Man berhadapan dengan villain bernama Rhino dan Electro yang saya ekspektasikan bakal sangat menegangkan. Lalu benar menegangkan? Ya. Dan saat tegang-tegangnya tiba-tiba film bubar. Sungguh en

Boss Baby (2017): Oeek Oeek 86!

Gambar
Sebagai anak terakhir dari empat bersaudara, saya kok jadi merasa berkecil hati seusai nonton film Boss Baby , ya? Hmm. Boss Baby ini merupakan film animasi bergelar komedi yang diadopsi dari buku yang ditulis Marla Frazee dengan judul yang sama. Film yang digarap oleh DreamWorks Animation ini menjadi sajian yang menarik untuk ditonton anak-anak dengan bimbingan orangtua. Lho, kok bimbingan orangtua? Ini kan film animasi anak? Lha memangnya kalau film animasi anak begitu lantas anak-anak yang nonton bisa paham dengan sendirinya? Bisa mengambil pesan postifnya? Saya kok tidak yakin akan hal tersebut, ya. Menurut saya, orangtua perlu hadir untuk nonton film ini bersama dengan anak-anaknya. Bukan karena menjaga agar terhindar dari tayangan porno (yaelah lihat bayi bugil doang), tapi agar si anak dan orangtua memiliki referensi yang sama. Hal ini berguna sebagai suku cadang bahan obrolan, lho. Misal, ketika si anak takut naik sepeda. Orangtua bisa mengingatkan scene di mana Tim berh

Kostum sebagai Mise en Scene dalam Film

Gambar
Salah satu hal yang membuat kita nyaman ketika menonton film adalah elemen mise en scene dalam film tersebut terpenuhi dengan baik. Mise en scene berasal dari bahasa Perancis yang memiliki arti meletakkan satu subjek dalam adegan . Kalau dalam film, mise en scene ini sering dibicarakan dalam aspek-aspek visual, seperti dekorasi, lokasi, kostum, pencahayaan, dan lain sebagainya.  Mise en scene pertama kali dipopulerkan oleh kalangan kritikus dari Perancis pada tahun 1950-an yang sebenarnya lebih dahulu dikenal dari dunia teater. Perlu dicatatat bahwa mise en scene tersebut tidak ada hubungan sama sekali dengan pendarahan pada hidung, sebab itu namanya mimisan. Krik! Okey. Meleset jauh. Jadi, kali ini saya akan membahas sedikit mengenai kostum film. Lho kenapa kok tahu-tahu bahas beginian? Lha mau bagaimana lagi? Kostum film itu merupakan topik skripsi saya yang nyaris kadaluarasa di telan zaman. Jadi daripada kehapus sama CCleaner, tidak ada salahnya jika saya cuil b

Quotes Film Critical Eleven, Praktikkan Pada Kekasihmu

Gambar
 Sebagai melankolis yang haqiqi, harap maklum saja jika kantung mata ini bergetar gegara menyaksikan film Critical Eleven. Hiii. Lha mau gimana lagi? Meski mulut sering bekata kasar, bukan lantas hati ini tercipta dari batu gamping, Bro. Sukma ini lunak, rapuh, dan rentan sedu sedan. Maka benar saja, pergumulan antara Ale (Reza Rahadian) dan Anya (Adinia Wirasti) menjadi gempuran yang dahsyat bagi saya. Film yang diadaptasi dari novel Ika Natassa dengan judul yang sama ini kalau mau dibilang sukses membuat hancur lebur ya boleh saja. Tapi kalau mau mendaulat sebagai film terbaik tahun ini? Hmm. Tak sesederhana itu, Bro. Heh? Sebentar-sebentar. Kamu nangis nonton Critical Eleven ini, Ham? Duh, kalau mau disebut menangys kok ya kesannya saya ini mudah terkoyak alias cemen. Tapi kalau mau bilang tidak menangys, kok ya saya takut nanti air mata saya mengadu pada Tuhan tentang kedustaan ini. “Aku tahu kamu takut keluar dari zona nyamanmu. Tapi kadang kamu harus keluar dari situ ag

Ketika Cinta Blog Walking

Gambar
Saya sebenarnya yakin jika plesetan judul di atas tidak masuk sama sekali. Memangnya itu plesetan dari apa, Bro? Dari judul film Ketika Cinta Bertasbih . Jaaauuhhh! Baiklah, saya mulai tulisan ini melalui kata-kata bijak dari Jawa, “Witing tresno jalaran soko kulino.” Sebuah kutipan legendaris yang mengklaim bahwa jatuh cinta itu datang lantaran kebiasaan. Jadi yang biasa ngobrol bareng, biasa jalan bareng, dan biasa-biasa lain itu dianggap sebagai kunci untuk merasakan dirimu sedang jatuh cinta. Eits, maaf saja. Kalau saya kok lebih cocoknya jika kutipan bijak itu sedikit digelincirkan menjadi, “Witing tresno jalaran soko ra nyongko.” (Cinta datang karena ketidaksangkaan). Ya mau bagaimana lagi? Kalau diibaratkan film sih sudah seperti momentumnya Jack dan Rose di film Titanic itu, lho. Dari sekian banyak tempat yang sudah dikunjungi, sekian banyak orang yang pernah ditemui, dan sekian banyak situasi yang pernah dilalui, tidak menyangka saja jika Jack berjodoh dengan orang yang

Pesta Buntel Solo dan Cook Up a Storm (2017) yang Saling Menemukan Rasa Baru

Gambar
Jika Bung Karno terkenal dengan Jas Merah (jangan sekali-kali melupakan sejarah)-nya, maka saya perkenalkan yang namanya Jas Hujan (jangan sekali-kali menghujat makanan). Sungguh kalimat pembuka yang sangat berfaedah, bukan? Jas Hujan itu tercetus ketika saya selesai menonton film Cina berjudul Cook Up a Storm (2017). Sebetulnya film ini sederhana sekali, tapi membuat lapar. Bercerita tentang koki lokal bernama Gao Tian Ci a.k.a Sky Ko (Nicholas Tse) yang jago membuat makanan tradisional Cina. Ia menjadi koki di sebuah kedai makan bernama Seven yang terletak di sudut kumuh dalam kawasan kota metropolis Spring Avenue. Suatu ketika, di depan kedainya dibangunlah restoran kelas internasional yang mendatangkan koki terbaik Eropa, Paul Ahn (Jung Yong Hwa). Tentu saja Jung Yong Hwa ini tidak ada hubungan darah sama sekali dengan Jung Jawa . Meski plintiran poni mereka jatuh di sudut pitagoras yang sama, tapi tetap saja beda. Lha wong yang satu koki ternama di Eropa. Sedang satu

Spectral (2016): Menemukan Materi Hantu Melalui Einstein

Gambar
Dengar-dengar, manusia itu selalu tertarik dengan dunia dan seisinya. Maka maklum saja jika manusia terus-menerus mempelajari materi bumi dan kehidupannya. Namun, ilmu pengetahuan tidak diperoleh dengan kun faya kun seperti Ian Kasela dengan soft case emo di jidatnya. Pengetahuan didapat melalui proses belajar yang sangat panjang. Bukan hanya dari jam pagi ke jam sore. Atau dari mantan satu ke mantan yang lain. Tapi dari generasi ke generasi.   Mari kita coba mundur jauh ke belakang sebelum peradaban manusia mengenal betapa celakanya melakukan double tap saat kepo instagram mantan. Orang-orang zaman dahulu sangat percaya dengan kekuatan Dewa yang menggerakkan alam raya dan seisinya. Hal ini terjadi ketika mereka sukar menjelaskan fenomena alam yang ada di sekitar. Sebut saja ketika terjadi gempa bumi, orang-orang menganggap jika Dewa sedang menggoyangkan kepalanya sambil nyanyi ‘mama bolo-bolo’ . Atau ketika muncul pelangi yang membentang dari satu sisi ke sisi yang l