Postingan

Lupakan Tiang Listrik, Bicara Hoax Lebih Penting

Gambar
Salah satu hal lucu dan ironi tahun ini selain tragedi Tiang Listrik adalah mencopot instalasi Traveloka karena informasi hoax yang terjadi beberapa hari lalu. Gerakan menggulingkan Traveloka melalui cara #UninstallTraveloka yang sempat ramai di Twitterland ini terlihat lebih mirip sirkus online daripada revolusi. Gerakan ini terjadi lantaran aksi walk out (WO) sejumlah orang ketika Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sedang berpidato di acara ulang tahun sekolah Kolese Kanisius. Tiba-tiba saja muncul informasi di WhatsApp mengatakan bahwa salah satu yang terlibat aksi WO tersebut adalah Derianto Kusuma, CTO sekaligus salah satu pendiri Traveloka. Lantas saja digaungkan gerakan #UnistallTraveloka yang diikuti oleh banyak pengguna ponsel pintar. Hadeh, pemboikotan Traveloka ini memang gerakan salah sasaran yang maha wagu . Jika toh ingin melakukan gerakan boikot-boikot atas apa yang terjadi pada acara itu, semestinya kita fokus pada nama Ananda Sukarlan saja. Kenapa? Sebab, piani

Remang-Remang Nonton Teater Umang-Umang

Gambar
Siang itu sang surya teramat membakar, tampaknya ia marah dengan raut wajahku yang dingin tatkala keluar dari Stasiun Cikini. Udara Jakarta memelukku begitu panas. Hingga kerongkongan Soloku terasa begitu haus. Ya, barangkali begitulah contoh ketika Fandy mengawali tulisannya. Wkwk. Narasi di atas adalah penggambaran dari kejadian yang saya alami pada 19 Agustus 2017. Masih teringat dalam berangkas memori saya ketika sebotol Soya Bean saya tenggak sembari menunggu sang kekasih, Tiwi , di Stasiun Cikini. Sambil menunggu Tiwi datang, saya akan ceritakan rencana kami melewati malam minggu itu.  Jadi, kami akan menonton pertunjukan teater yang diadakan di gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM). Pementasan dengan lakon Umang-Umang ini diselenggarakan oleh Bengkel Sastra yang tak lain dan tak bukan adalah teman-temannya Tiwi di UNJ. Syukurlah kami berdua mendapatkan tiket untuk menontonnya karena sepertinya pertunjukan ini begitu diminati banyak orang. Eits, ternyata tak b

Blogwalking di Era Tulisan Berbayar

Gambar
Tahun 2012 adalah awal saya mencoba bersenang-senang dengan blog. Kesenangan ini diwadahi oleh komunitas Kancut Keblenger yang kala itu ramai sekali. Bagaimana tidak? Dulu, di grup facebook Kancut Keblenger selalu penuh dengan list blogwalking , belasan atau bahkan puluhan per harinya. Artinya, setiap hari selalu saja ada konten baru yang siap untuk dinikmati. Pada masa itu, konten yang disajikan kebanyakan adalah soal kedirian. Entah itu mencurahkan isi hati, menceritakan pengalaman hidupnya, atau menuangkan gagasan yang menjejali isi otaknya. Genre pun bervariasi. Kebanyakan, sih, komedi. Tapi ada juga yang sendu, nyastra, haha-hihi-hore, bijak, mesum, dan yang lempeng-lempeng saja juga ada. Lebih seru lagi kalau bertemu dengan blog yang artsy. Biasanya yang tipe begini menyediakan label artwok yang isinya karya-karya dia, baik itu doodle , zentangle , sketsa, atau karya-karya digital yang banyak macamnya. Berkunjung ke blog atau yang sering disebut blogwalking menjadi ajang ber

Kuliner Sambil Pacaran? La Taverna Saja!

Gambar
Sebagai seorang pemula asmara yang telah kembali menjalin kisah kasih setelah lama menjomlo, tentu saja ada kekhawatiran khusus bagi saya. Salah satunya adalah dengan menetapkan tempat untuk sayang-sayangan. Dahulu kala, ketika relung hati saya masih gersang, saya pergi ke mana saja nyaris selalu sendirian. Makan sendirian, nonton sendirian, nonton orang makan sendirian, makan orang nonton sendirian dan masih banyak lagi hal yang saya lakukan sendirian. Nah, pada masa itu saya selalu memburu tempat makan yang cocok buat didatangi seorang diri. Biar keren, saya menyebutnya introvert space. Lantas ketika hati saya telah bersenyawa dengan kekasih, saya pun harus mengubah cara berpikir tentang tempat makan. Ya, saya begitu antusias dengan perubahan ini karena pada akhirnya saya bisa makan bareng. Tidak lagi sendiri! Bayar parkirnya bisa patungan! Bisa berdiri di depan toilet cewek karena ada yang ditunggu! Yes! Baiklah, dalam rangka memperingati jiwa berasmara yang sedang membangun per

Bertatap Muka dengan Lukisan Mistis dan Mahal Basoeki Abdullah

Gambar
Saya sangat bersyukur tahun ini bisa mengintip lukisan-lukisan yang jadi koleksi Istana Kepresidenan. Kalau bukan karena pameran “Senandung Ibu Pertiwi” yang berlangsung selama bulan Agustus di Galeri Nasional, saya tidak yakin bisa mendapat kesempatan langka itu. Memangnya apa istimewanya? Duh, coba simak baik-baik. Dikutip dari CNN Indonesia, Mike Susanto yang merupakan kurator dalam pameran itu pernah mengatakan kalau satu karya lukis yang ditandatangani oleh Ir. Soekarno minimal seharga lima milyar rupiah! Mantap ya, kan. Dalam pameran Senandung Ibu Pertiwi ini kita akan disuguhan oleh empat sub-tema. Ada keragaman alam, kegiatan atau aktivitas sehari-hari, tradisi tari dan kebaya, dan terakhir adalah mitologi dan religi. Sebagai pemuda canggung yang tumbuh dengan cerita-cerita mistis di Jawa Tengah, tentu tema yang menurut saya paling menarik adalah mitologi. Dan tanpa disangka sebelumnya, di salah satu sudut ruang terdalam pameran tersebut saya mendapati lukisan legendaris,

Garin dan Wregas, Ikon Inspiratif dalam Film Indonesia

Gambar
Artikel ini bekerjasama dengan UKP-PIP Garin Nugroho adalah sosok yang sangat menarik perhatian saya ketika membicarakan film Indonesia. Bagaimana tidak? Beliau merupakan sutradara yang nyaris setiap film buatannya mendapat penghormatan dalam ajang festival film Internasional, lho. Sebut saja Cinta dalam Sepotong Roti (1990) yang memenangkan Festival Film Asia Pasifik untuk kategori sutradara pendatang baru. Atau Bulan Tertusuk Ilalang (1994) yang eksis di Perancis dan Jerman, Daun di Atas Bantal (1997) yang jadi unggulan di Tokyo, Puisi Tak Terkuburkan (1999) di Festival Film Internasional Loacarno, dan masih banyak lagi film-film keren yang pernah beliau bikin. Saya sendiri merasa beruntung pernah bertemu beliau, berdiskusi, dan menyaksikan salah satu karya lawasnya yang berjudul Bulan Tertusuk Ilalang (1994). Film artistik yang pernah memenangkan ajang festival film di Perancis itu sebelumnya sudah pernah saya buat ulasannya di sini . Bisa dibilang beliau adalah inspiras

Ada Lima Villain di Film Spider-Man Homecoming? Edan!

Gambar
Salah satu kecemasan saya sebelum nonton film Spider-Man Homecoming adalah sosok villain yang membuat saya bertanya-tanya, “ Apakah musuh Spider-Man kali ini bisa lebih mencekam dari sebelumnya?” Makna ‘sebelumnya’ yang saya maksud bisa berarti dua hal, yaitu pagelaran Spider-Man versi Tobey dan Andrew, serta beberapa film balutan MCU yang tayang sebelum Spider-Man Homecoming . Begini, kita sama-sama tahulah kalau di film ketiga Spider-Man versi Tobey, ada musuh besar bernama Venom. Adapula villain yang menjadi inspirasi bagi Rumor Band untuk membuat lagu berjudul Butiran Debu . Bisa menebak? Ya, Sand-Man. Meski pada akhirnya saya merasa cukup sebal karena Venom terlalu mudah ditumpas dan Sand-Man yang tidak bisa dihancurkan itu memilih taubat nasuha. Lalu di dalam versi Andrew, Spider-Man berhadapan dengan villain bernama Rhino dan Electro yang saya ekspektasikan bakal sangat menegangkan. Lalu benar menegangkan? Ya. Dan saat tegang-tegangnya tiba-tiba film bubar. Sungguh en