Postingan

Perjalanan Menjadi Manusia dengan Sastra

Gambar
Menjadi perantau di Jakarta. Meski baru tiga bulan, namun sudah banyak hal menarik yang saya alami di kota besar ini. Mulai dari pengalaman indah, susah, bahkan absurditas yang random seperti mendatangi event di Grand Indonesia dengan bawa uang hanya 700 rupiah. Pada tanggal 11 Februari, saya dan Tiwi mendapat kesempatan untuk bertemu sastrawan ulung, Eyang Budi Darma dan Mas Seno Gumira di Galeri Indonesia Kaya. Pertemuan itu tentu saja bukan dalam rangka kopdar atau prosesi COD, melainkan untuk sama-sama terlibat dalam acara bincang sastra dengan tema Menjadi Manusia dengan Sastra. Beberapa jam sebelum acara dimulai, saya dan Tiwi telah sepakat untuk melakukan perjalanan menuju Galeri Indonesia (GI) menggunakan Transjakarta saja. Kenapa? Soalnya kalau Transtuju itu saluran televisi, tidak bisa ditunggangi. Eh, bisa ding. Ditunggangi kepentingan politis. Eaa. Sebenarnya kami bisa saja menempuh perjalanan menggunakan motor yang memungkinkan tiba di lokasi lebih cepat. Tapi p

WISGR Guklabs: Game Baru dari Indonesia yang Siap Kumainkan

Gambar
Hallo, Gaes. Siapa coba di sini yang nggak doyan games? Atau malah nggak tahu apa itu games. Waduh. Ya, tahulah, ya. Game , sebuah kata yang tidak asing lagi di telinga. Merujuk pada permainan dengan berbagai macam bentuk yang bisa dimainkan oleh masyarakat di segala usia. Biasa dimainkan pada sebuah gadget atau seperangkat alat tertentu, baik online maupun offline .  Seiring dengan perkembangan zaman, industri game di dunia ternyata menunjukkan potensi bisnis dengan nilai yang cukup besar. Termasuk di Indonesia. Dimulai dari serangkaian game konsol seperti Nintendo dan Playstation yang berlanjut dengan masuknya era game online di tahun 2000-an, industri game di Indonesia terus berkembang hingga mulai bermunculan beberapa game buatan anak negeri.  Setelahnya, masuklah Indonesia ke dalam sejarah baru industri game lokal di tahun 2013 dengan terbentuknya Asosiasi Game Indonesia (AGI) yang digawangi oleh sepuluh orang yang berkompeten di bidangnya. AGI bertuju

Terbongkar! Manajemen Uang Cerdas ala Anak Kos

Gambar
Demi mendapatkan pendidikan yang berkualitas, tidak jarang pelajar atau mahasiswa rela bersekolah di luar kota, luar pulau, atau luar negeri. Kemudian, mereka menjadi cah kos anyaran . Mereka tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan pendidikan, tetapi juga dituntut mengurus diri mereka sendiri.  Bagi mereka yang terbiasa hidup bersama orang tua, hidup sebagai anak kos adalah tantangan yang besar, terutama dalam hal keuangan. Setuju?  Jika biasanya bisa langsung meminta uang kepada orang tua saat menginginkan sesuatu. Namun, saat menjadi anak kos, mereka akan diberi uang bulanan yang harus dikelola sendiri. Mengelola keuangan sendiri bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi mereka yang baru merasakan kehidupan anak kos. Seringnya uang bulanan habis sebelum waktunya seperti yang saya alami.  Oleh karena itu, di bawah ini ada langkah-langkah manajemen keuangan ala anak kos yang harus diterapkan. 1. Membuat Daftar Kebutuhan Awal bulan merupakan waktu yang dinanti oleh anak

Jejak Awal di Jakarta

Gambar
Salah satu kemuakan saya selama dua puluh empat tahun adalah tinggal di kota yang sama melulu. Setiap hari terbangun dalam keadaan jenuh dan malas karena semua terlihat sama. Terlebih, semua itu hampir terasa nyaman dan aman-aman saja. Beranjak dari titik itulah pada akhirnya saya memutuskan untuk pindah. Dari sekian banyak kota yang bisa saya tinggali, saya memilih Jakarta. Selain kota dengan kesempatan kerja yang banyak meski kompetitor pelamar kerja juga tak kalah banyak, di Jakarta setidaknya saya bisa semakin dekat dengan kekasih saya lengkap dengan keluarganya. Icikiwirr. Dulu, saya memutuskan untuk berhenti kuliah sehingga saya tidak memiliki ijazah perguruan tinggi. Hal ini memicu keraguan di benak orangtua soal keputusan saya untuk pindah. Andai saja orangtua mengerti dunia kekinian, saya sudah pasti menenangkan keraguan mereka dengan anekdot jahil yang dilontarkan kekasih saya: “Ke Jakarta modal apa? Modal follower!” Lha mau bagaimana lagi? Dewasa ini lowongan peker

Lupakan Tiang Listrik, Bicara Hoax Lebih Penting

Gambar
Salah satu hal lucu dan ironi tahun ini selain tragedi Tiang Listrik adalah mencopot instalasi Traveloka karena informasi hoax yang terjadi beberapa hari lalu. Gerakan menggulingkan Traveloka melalui cara #UninstallTraveloka yang sempat ramai di Twitterland ini terlihat lebih mirip sirkus online daripada revolusi. Gerakan ini terjadi lantaran aksi walk out (WO) sejumlah orang ketika Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sedang berpidato di acara ulang tahun sekolah Kolese Kanisius. Tiba-tiba saja muncul informasi di WhatsApp mengatakan bahwa salah satu yang terlibat aksi WO tersebut adalah Derianto Kusuma, CTO sekaligus salah satu pendiri Traveloka. Lantas saja digaungkan gerakan #UnistallTraveloka yang diikuti oleh banyak pengguna ponsel pintar. Hadeh, pemboikotan Traveloka ini memang gerakan salah sasaran yang maha wagu . Jika toh ingin melakukan gerakan boikot-boikot atas apa yang terjadi pada acara itu, semestinya kita fokus pada nama Ananda Sukarlan saja. Kenapa? Sebab, piani

Remang-Remang Nonton Teater Umang-Umang

Gambar
Siang itu sang surya teramat membakar, tampaknya ia marah dengan raut wajahku yang dingin tatkala keluar dari Stasiun Cikini. Udara Jakarta memelukku begitu panas. Hingga kerongkongan Soloku terasa begitu haus. Ya, barangkali begitulah contoh ketika Fandy mengawali tulisannya. Wkwk. Narasi di atas adalah penggambaran dari kejadian yang saya alami pada 19 Agustus 2017. Masih teringat dalam berangkas memori saya ketika sebotol Soya Bean saya tenggak sembari menunggu sang kekasih, Tiwi , di Stasiun Cikini. Sambil menunggu Tiwi datang, saya akan ceritakan rencana kami melewati malam minggu itu.  Jadi, kami akan menonton pertunjukan teater yang diadakan di gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM). Pementasan dengan lakon Umang-Umang ini diselenggarakan oleh Bengkel Sastra yang tak lain dan tak bukan adalah teman-temannya Tiwi di UNJ. Syukurlah kami berdua mendapatkan tiket untuk menontonnya karena sepertinya pertunjukan ini begitu diminati banyak orang. Eits, ternyata tak b

Blogwalking di Era Tulisan Berbayar

Gambar
Tahun 2012 adalah awal saya mencoba bersenang-senang dengan blog. Kesenangan ini diwadahi oleh komunitas Kancut Keblenger yang kala itu ramai sekali. Bagaimana tidak? Dulu, di grup facebook Kancut Keblenger selalu penuh dengan list blogwalking , belasan atau bahkan puluhan per harinya. Artinya, setiap hari selalu saja ada konten baru yang siap untuk dinikmati. Pada masa itu, konten yang disajikan kebanyakan adalah soal kedirian. Entah itu mencurahkan isi hati, menceritakan pengalaman hidupnya, atau menuangkan gagasan yang menjejali isi otaknya. Genre pun bervariasi. Kebanyakan, sih, komedi. Tapi ada juga yang sendu, nyastra, haha-hihi-hore, bijak, mesum, dan yang lempeng-lempeng saja juga ada. Lebih seru lagi kalau bertemu dengan blog yang artsy. Biasanya yang tipe begini menyediakan label artwok yang isinya karya-karya dia, baik itu doodle , zentangle , sketsa, atau karya-karya digital yang banyak macamnya. Berkunjung ke blog atau yang sering disebut blogwalking menjadi ajang ber