Postingan

Seru! 5 Film Adaptasi Komik di Tahun 2019

Gambar
Bagi kelas menengah seperti saya, menonton film di bioskop tidak bisa saya lakukan setiap hari. Jadi saya harus mereduksi film apa saja yang sekiranya seru untuk ditonton di layar lebar. Jawabnya adalah film yang diadaptasi dari komik. Mengapa? Saya selalu suka genre science fiction dan fantasy. Saya menyukainya karena film-film semacam itu tidak tersentuh di dunia nyata saya. Jadi saya merasa begitu terhibur dengan hiperialitas yang ditawarkan. Meskipun fiksi dan fantasi, film tetaplah buah pikir dari otak manusia. Nah, imajinasi manusia itulah yang terasa sangat lezat bagi pikiran saya. Sehingga ketika nonton film dengan genre semacam ini, saya akan mengupayakan untuk menontonnya dengan fasilitas terbaik. Yaitu, nonton di bioskop. Sebagai watching list di 2019, saya menuliskan lima film hasil adaptasi komik Marvel dan DC yang menarik untuk ditonton di bioskop. Spiderman: Far From Home Petualangan Peter Parker melawan kejahatan di masa pubernya tentu saja menar

Menjadi Founder Start Up Inovatif dengan Mengikuti Kegiatan Inspiratif

Gambar
Pada akhir tahun 2018, MIKTI ( Indonesia Digital Creative Industry Community ) bekerja sama dengan TeknoPreneur dan Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) menyusun sebuah pemetaan dan database start up yang ada di Indonesia. Hasil dari riset tersebut membuat saya kaget. Pasalnya, saya tak menyangka betul kalau start up yang sedang tumbuh di Indonesia sudah begitu banyak. Saya pun jadi paham mengapa saat ini pemerintah mendorong talenta kreatif untuk menembus pasar global dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekuatan industri digital yang besar. Bahkan sudah ada klaim yang disiapkan lho, yaitu Indonesia: The Digital Energy of Asia. Data statistik perusahaan Startup di Indonesia oleh Indonesia Digital Creative Industry Society (MIKTI) tahun 2018 (Sumber: katadata.co.id) Menurut data riset yang diterbitkan MIKTI, saat ini Indonesia memiliki 992 start up yang sedang berkembang. Dengan pengelompokan tiap domisili yang tidak merata seperti 522 start up di JABODETABE

Bisnis Tetap Jalan Meski Pernah Gagal

Gambar
Memulai membuka usaha bisa dari mana saja dan kapan saja. Ketika teknologi digital menjadi hal yang mudah dijangkau, siapapun bisa memulai bisnisnya. Tapi tidak semua bisa mengembangkannya! Saya punya sedikit -beneran sedikit- pengalaman soal berbisnis. Dulu, saya pernah mencoba membangun platform soal perbukuan, namanya Majibooks . Majibooks itu semacam blog yang khusus membahas soal dunia perbukuan sekaligus membuka toko buku online. Unit usaha ini saya dirikan bersama kekasih saya (Tiwi) dan dibantu satu sahabat saya (Dani). Kami sudah bikin blog, membeli domain, dan menjalin kerja sama dengan supplier buku. Sayangnya, Majibooks mangkrak karena saya kurang mampu mengorganisir keperluan bisnis. Selain itu saya juga sempat membuka usaha kecil-kecilan di Instagram, yaitu jasa desain CV. Usaha tersebut memang gampang dimulai, tapi ternyata sukar mempertahankannya. Saya hanya punya satu klien hingga akhirnya usaha ini saya tutup karena tiga hal. Pertama, saya merasa kemampu

Anti Gaptek, Anti Bokek dengan Literasi Fintech

Gambar
Belakangan ini lagi bersemangat mempelajari literasi keuangan, khususnya fintech. Fintech merupakan akronim dari "financial" dan "technology" yang berarti kebutuhan keuangan yang berorientasi pada teknologi. Perkembangan fintech di Indoensia terbilang berkembang dengan pesat. Saya merasakan sendiri gilatnya di berbagai lini dapat saya rasakan secara langsung. Baiklah, sebut saja dengan pembayaran yang menjadikan semangat "cashless" sebagai handalan. Dulu, kalau bertransaksi secara offline, saya hanya diberi pilihan pembayaran, antara cash atau gesek kartu. Sekarang saya hanya perlu membawa handphone. Proses pembayaran bisa dikerjakan dengan scan code atau tap pin saja. Simpel dan canggih, bukan? Dan ternyata pengetahuan saya soal fintech masih begitu sempit. Di balik yang saya ketahui, ada banyak startup yang mengembangkan aneka jenis fintech. Jenis-jenis apa saja, tuh? Ada jenis pembayaran, peminjaman, perencanaan keuangan, investasi ritel, pembia

Kilovegram: Iming-iming Body Shaming

Gambar
Dulu semasa SMP dan SMA, saya punya teman bernama Heri. Ia adalah siswa yang sehari-hari kenyang menelan ledekan-ledekan dari teman-teman sekolahnya. Heri sebetulnya siswa yang pintar, terutama untuk pelajaran kimia. Saya yang pernah satu kelas dengannya, sering mengintip pekerjaannya yang terpercaya itu. Heri diledek tidak jauh dari penampilan fisiknya. Walau ia kurus dan dandanannya sangat rapi. Tapi orang-orang justru terfokus pada giginya yang besar dan tidak rapi. Awalnya, saya terlibat juga dalam merundung Heri. Baru menginjak kelas 2 SMA saya merasa lebih kasihan kepadanya karena perundungan terhadapnya semakin parah saja. Salah satu hal yang saya cemaskan dari Heri adalah melewatkan masa remaja tanpa kisah asmara yang membara. Dan benar saja, sampai lulus SMA, Heri tidak terlihat memiliki hubungan asmara dengan siapapun. Bahkan sama sekali tidak ada tanda-tanda ke arah itu. Wong Heri itu kalau ngobrol sama perempuan, malamnya langsung kerokan gitu. Maka dari itu saya p

5 Kebiasaan Tak Termaafkan Saat Nonton di Bioskop

Gambar
Menonton film di bioskop saat ini memang masih menjadi kebutuhan tersier bagi masyarakat kita. Meski demikian, nyatanya bangku bioskop makin penuh dari tahun ke tahun. Entah ini karena masyarakat Indonesia mulai sejahtera, atau justru karena banyak yang butuh lari dari realitas. Saya akui menonton di bioskop adalah cara terbaik untuk menikmati sajian film. Selain sebagai hiburan, film juga memberi dunia alternatif yang memengaruhi beberapa pandangan saya soal hidup. Oleh sebab itu jika sedang ada rezeki, saya menyempatkan diri untuk menonton film di bioskop. Sementara kalau lagi mlarat , ya saya nonton di Hooq atau memakai layanan underground yang you know what I mean. Meski nonton film di bioskop adalah cara yang prestisius, tapi nyatanya adab menonton masih tidak diindahkan. Saya sering menemui orang-orang yang kelakuannya sangat mengganggu aktivitas menonton. Jangankan untuk memaklumi, memaafkan mereka pun saya tidak sudi. Berikut ini saya rangkum 5 kebiasaan tak termaa

Pengabdi Setan ala Joko Anwar: Bahaya Belum Tentu Menakutkan

Gambar
Menurut saya, film Pengabdi Setan besutan Joko Anwar ini adalah film yang sangat bagus, tapi bukan film horor yang terlalu seram. Kedua hal tersebut perlu dibedakan, sebab saya risih dengan beberapa komentar yang mengatakan film ini tidak bagus hanya karena kurang seram. Well , tiap orang tentu bebas menilai sebuah film. Tapi hambok ya agak nganu dikit gitu, lho. Sebelum membicarakan filmnya, saya ingin curhat sebentar. Begini, saya berangkat menonton film ini sendirian. Bukan karena jomblo. Justru dari beberapa kilometer di sebrang sana kekasih saya juga sedang menonton film Pengabdi Setan , tapi versi pertamanya (1979) dan rencananya kami akan saling mendiskusikan itu. Namun, terlepas dari itu, ada satu hal menyebalkan yang harus saya rasakan di dalam bioskop. Apalagi kalau bukan celetukan berisik di kanan dan di kiri. Bukan. Bukan orang spoiler. Ada yang lebih parah dari itu, yaitu tipe penonton yang kebanyakan maido dan sambat . Dua istilah Jawa ini kalau dalam bahasa Indone