Postingan

Menampilkan postingan dengan label Film dan Televisi

Boss Baby (2017): Oeek Oeek 86!

Gambar
Sebagai anak terakhir dari empat bersaudara, saya kok jadi merasa berkecil hati seusai nonton film Boss Baby , ya? Hmm. Boss Baby ini merupakan film animasi bergelar komedi yang diadopsi dari buku yang ditulis Marla Frazee dengan judul yang sama. Film yang digarap oleh DreamWorks Animation ini menjadi sajian yang menarik untuk ditonton anak-anak dengan bimbingan orangtua. Lho, kok bimbingan orangtua? Ini kan film animasi anak? Lha memangnya kalau film animasi anak begitu lantas anak-anak yang nonton bisa paham dengan sendirinya? Bisa mengambil pesan postifnya? Saya kok tidak yakin akan hal tersebut, ya. Menurut saya, orangtua perlu hadir untuk nonton film ini bersama dengan anak-anaknya. Bukan karena menjaga agar terhindar dari tayangan porno (yaelah lihat bayi bugil doang), tapi agar si anak dan orangtua memiliki referensi yang sama. Hal ini berguna sebagai suku cadang bahan obrolan, lho. Misal, ketika si anak takut naik sepeda. Orangtua bisa mengingatkan scene di mana Tim berh

Kostum sebagai Mise en Scene dalam Film

Gambar
Salah satu hal yang membuat kita nyaman ketika menonton film adalah elemen mise en scene dalam film tersebut terpenuhi dengan baik. Mise en scene berasal dari bahasa Perancis yang memiliki arti meletakkan satu subjek dalam adegan . Kalau dalam film, mise en scene ini sering dibicarakan dalam aspek-aspek visual, seperti dekorasi, lokasi, kostum, pencahayaan, dan lain sebagainya.  Mise en scene pertama kali dipopulerkan oleh kalangan kritikus dari Perancis pada tahun 1950-an yang sebenarnya lebih dahulu dikenal dari dunia teater. Perlu dicatatat bahwa mise en scene tersebut tidak ada hubungan sama sekali dengan pendarahan pada hidung, sebab itu namanya mimisan. Krik! Okey. Meleset jauh. Jadi, kali ini saya akan membahas sedikit mengenai kostum film. Lho kenapa kok tahu-tahu bahas beginian? Lha mau bagaimana lagi? Kostum film itu merupakan topik skripsi saya yang nyaris kadaluarasa di telan zaman. Jadi daripada kehapus sama CCleaner, tidak ada salahnya jika saya cuil b

Quotes Film Critical Eleven, Praktikkan Pada Kekasihmu

Gambar
 Sebagai melankolis yang haqiqi, harap maklum saja jika kantung mata ini bergetar gegara menyaksikan film Critical Eleven. Hiii. Lha mau gimana lagi? Meski mulut sering bekata kasar, bukan lantas hati ini tercipta dari batu gamping, Bro. Sukma ini lunak, rapuh, dan rentan sedu sedan. Maka benar saja, pergumulan antara Ale (Reza Rahadian) dan Anya (Adinia Wirasti) menjadi gempuran yang dahsyat bagi saya. Film yang diadaptasi dari novel Ika Natassa dengan judul yang sama ini kalau mau dibilang sukses membuat hancur lebur ya boleh saja. Tapi kalau mau mendaulat sebagai film terbaik tahun ini? Hmm. Tak sesederhana itu, Bro. Heh? Sebentar-sebentar. Kamu nangis nonton Critical Eleven ini, Ham? Duh, kalau mau disebut menangys kok ya kesannya saya ini mudah terkoyak alias cemen. Tapi kalau mau bilang tidak menangys, kok ya saya takut nanti air mata saya mengadu pada Tuhan tentang kedustaan ini. “Aku tahu kamu takut keluar dari zona nyamanmu. Tapi kadang kamu harus keluar dari situ ag

Pesta Buntel Solo dan Cook Up a Storm (2017) yang Saling Menemukan Rasa Baru

Gambar
Jika Bung Karno terkenal dengan Jas Merah (jangan sekali-kali melupakan sejarah)-nya, maka saya perkenalkan yang namanya Jas Hujan (jangan sekali-kali menghujat makanan). Sungguh kalimat pembuka yang sangat berfaedah, bukan? Jas Hujan itu tercetus ketika saya selesai menonton film Cina berjudul Cook Up a Storm (2017). Sebetulnya film ini sederhana sekali, tapi membuat lapar. Bercerita tentang koki lokal bernama Gao Tian Ci a.k.a Sky Ko (Nicholas Tse) yang jago membuat makanan tradisional Cina. Ia menjadi koki di sebuah kedai makan bernama Seven yang terletak di sudut kumuh dalam kawasan kota metropolis Spring Avenue. Suatu ketika, di depan kedainya dibangunlah restoran kelas internasional yang mendatangkan koki terbaik Eropa, Paul Ahn (Jung Yong Hwa). Tentu saja Jung Yong Hwa ini tidak ada hubungan darah sama sekali dengan Jung Jawa . Meski plintiran poni mereka jatuh di sudut pitagoras yang sama, tapi tetap saja beda. Lha wong yang satu koki ternama di Eropa. Sedang satu

Spectral (2016): Menemukan Materi Hantu Melalui Einstein

Gambar
Dengar-dengar, manusia itu selalu tertarik dengan dunia dan seisinya. Maka maklum saja jika manusia terus-menerus mempelajari materi bumi dan kehidupannya. Namun, ilmu pengetahuan tidak diperoleh dengan kun faya kun seperti Ian Kasela dengan soft case emo di jidatnya. Pengetahuan didapat melalui proses belajar yang sangat panjang. Bukan hanya dari jam pagi ke jam sore. Atau dari mantan satu ke mantan yang lain. Tapi dari generasi ke generasi.   Mari kita coba mundur jauh ke belakang sebelum peradaban manusia mengenal betapa celakanya melakukan double tap saat kepo instagram mantan. Orang-orang zaman dahulu sangat percaya dengan kekuatan Dewa yang menggerakkan alam raya dan seisinya. Hal ini terjadi ketika mereka sukar menjelaskan fenomena alam yang ada di sekitar. Sebut saja ketika terjadi gempa bumi, orang-orang menganggap jika Dewa sedang menggoyangkan kepalanya sambil nyanyi ‘mama bolo-bolo’ . Atau ketika muncul pelangi yang membentang dari satu sisi ke sisi yang l

Menantu Idaman dalam Katalogisasi Sinetron

Gambar
Paguyuban ibu-ibu pencinta sinetron sempat digegerkan oleh kematian Mas Boy. Isunya, separuh dari ibu-ibu tersebut dilarikan ke ahli terapi dan ruqyah. Sedang separuh sisanya memilih untuk bergegas mencari Dragon Ball untuk membangkitkan Mas Boy dari ajalnya. Kematian Mas Boy menjadi begitu penting, sampai-sampai hastag #RIPBoyAnakJalanan sempat merajai trending topic di Twitter. Walau begitu, ibu saya kalem-kalem saja, tuh. Sejauh yang saya tahu, ibu saya ini tidak pernah mengikuti cerita Anak Jalanan . Saat saya mencoba bertanya, jawaban ibu saya, “Ibu enggak pernah nonton Boy itu bukan karena enggak suka. Tapi karena SCTV di tempat kita itu seharian nayangin Perjuangan Semut . Lha mbok kiro ibumu iki trenggiling opo piye ?” Sejenak saya manggut-manggut paham. Kemudian telinga saya bergindik seolah diselepet malaikat Rokib, saya tiba-tiba meyadari sesuatu. Lekas saja saya nyeletuk, “Bentar.. Bentar.. Ibu tahu apa tidak, kalau Anak Jalanan itu tayangnya di RCTI, buka